Archive for August, 2010


Three Cups of Tea

Inilah kisah menakjubkan dan inspiratif tentang Indiana Jones sejati dan perjuangan kemanusiaannya yang mengharukan di pekarangan belakang rezim Taliban.

Seorang pendaki gunung, Greg Mortenson, dibawa nasib ke pegunungan Karakoram yang gersang di Pakistan setelah gagal mendaki puncak K2, gunung tertinggi kedua di dunia. Tersentuh oleh keramahan penduduknya, dia berjanji untuk kembali dan membangun sebuah sekolah.

Three Cups of Tea berisi mengenai kisah pemenuhan janji tersebut, beserta hasilnya yang mencengangkan. Ya, selama satu dekade berikutnya, Mortenson telah membangun tak kurang dari lima puluh satu sekolahterutama untuk anak-anak perempuandi lingkar terluar daerah terlarang rezim Taliban. Kisahnya adalah sebuah petualangan seru sekaligus kesaksian akan kekuatan semangat kemanusiaan.

Pada 1993, seorang perawat Amerika, Greg Mortenson, berhasrat menaklukan puncak gunung tertinggi sedunia, K2, di Himalaya. Bukan hanya gagal melaksanakan niatnya, Mortenson juga tersesat, mengalami keletihan kronis, bahkan kehilangan 15 kg bobot tubuhnya. Setelah berjalan kaki tertatih-tatih turun gunung selama tujuh hari, Mortenson yang menuju Askole, malah tiba di Korphe, desa yang bahkan tak pernah dilihatnya di peta Karakoram. Di sanalah, di gubuk Haji Ali, Mortenson dijamu dengan ramah, dirawat dengan penuh perhatian, dan dilayani bak tamu istimewa.

Di lingkungan nan miskin inilah jalan hidup Mortenson, juga jalan hidup anak-anak di Pakistan Utara, berubah. Ketika memikirkan cara membalas budi baik mereka, jantung Mortenson serasa tercerabut dan napasnya tercekat saat melihat bagaimana anak-anak di sana bersekolah: mereka duduk melingkar, berlutut di tanah yang membeku, dalam udara nan dingin, dengan tertib mengerjakan tugas. Mortenson meletakkan tangannya di pundak Haji Ali dan berkata, Aku akan membangun sebuah sekolah untuk kalian. Aku berjanji. Inilah kisah mengenai pemenuhan janji tersebut. Ya, selama satu dekade berikutnya, Mortenson telah membangun tak kurang dari lima puluh satu sekolahterutama untuk anak-anak perempuandi daerah tempat lahirnya Taliban. Kisahnya adalah sebuah petualangan seru sekaligus kesaksian akan kekuatan semangat kemanusiaan.

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

James Morrison merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu berkebangsaan Inggris. Dia menjadi terkenal saat merilis album pertamanya yang berjudul Undiscovered pada tahun 2006. Dia dilahirkan di Rugby, Warwickshire. Dia berkarier di dunia musik sejak tahun 2006.

Klik di sini untuk mendownload lirik lagu di album ini

Endah N Rhesa adalah project musikal yang terbentuk dari akustik gitar, bass dan vokal. Warna yang mereka bentuk dari tiga instrumen ini adalah folk, jazz, blues, rock and roll dan ballads. Mereka berdua dipertemukan di sebuah band yang pada awalnya berkonsep rock pada tahun 2003 awal. Selepas band tersebut di tahun 2004, Endah Widiastuti membangun citranya sebagai seorang solois seperti sebelum ia bergabung dengan band tersebut.

Endah N Rhesa telah menelurkan Nowhere To Go (Versi Lama) ‘2005’ dan Real Life (Rekaman Live mereka di studio) ‘2006’. Keduanya dipasarkan secara sendiri oleh mereka berdua dalam setiap panggungnya. Setelah mengeluarkan album Nowhere To Go (Repackage) yang telah beredar dipasaran, Endah N Rhesa memulai karirnya dalam dunia yang lebih luas lagi. Tutur mereka, Musik yang kami buat adalah musik yang jujur dari dalam hati kami”.

Ini buku EnSillyBosspedia pertama di dunia! Buku ini hasil karya gotong royong dari banyak orang, memuat 152 kisah yang ditulis oleh 76 cewek dan 15 c…more Ini buku EnSillyBosspedia pertama di dunia! Buku ini hasil karya gotong royong dari banyak orang, memuat 152 kisah yang ditulis oleh 76 cewek dan 15 cowok. Mereka berasal dari Jakarta mpe Jambi, dari Bontang mpe Cimahi, dari Banyuwangi mpe Bangka. Rekor penyumbang terbanyak adalah 6 kisah.

Topik yang dibahas, seru bow! Dari kisah si Boss Sotoy mpe Boss Gaptek, dari Boss Tukang Kentut mpe Boss Multitalented, dari Boss Egois mpe Boss Tulalit.

Semua itu, menjadi hidangan yummy akibat racikan manis dari jemari chef Chaos@Work. Plus WawanCanda eksklusif dengan Mbak Kerani. Ga beli? Rugi!!! Kapan lagi ada buku kayak beginian?

Lakukan perjalanan yang akan mengubah hidupmu selamanya!

Aku seorang mahasiswi. Hidupku baik-baik saja. Namun, sore itu aku terduduk di lantai kamarku, bertanya-tanya, apa yang salah dari semua ini?

Aku memutuskan untuk pergi ke dua tujuan backpacking utama di dunia–India dan Thailand–untuk mencari sebuah legenda yang bernama “surga di bumi”. Menyusuri Pegunungan Himalaya, Sungai Gangga, dan pantai-pantai terpencil Thailand, berharap menemukan kebebasan dan secercah keajaiban dalam hidupku. Hingga akhirnya para turis “pencari Tuhan” mengatakan padaku bahwa untuk menemukan surga di bumi, kita harus terlebih dulu membenarkan cara melihat. Sebelum berpikir atau mencari jawaban akan apa pun, kita harus terlebih dulu bertanya, apakah pikiran itu sendiri? Siapakah aku?

Di manakah surga di bumi itu? Dapatkah kita menemukannya sebelum selamanya jatuh dalam nihilisme?

BILANGAN FU
Novel tentang petualangan, cinta, dan pencarian Sang Khalik. Menggugah, mengalir…

Dalam Bilangan FU dikisahkan sepak terjang Yuda, seorang pemanjat tebing dan petaruh yang melecehkan nilai-nilai masyarakat. Lalu Parang Jati, seorang pemuda berjari duabelas, yang dibentuk oleh ayah angkatnya untuk menanggung duka dunia serta Marja, seorang gadis bertubuh kuda teji dan berjiwa matahari. Mereka terlibat dalam segitiga cinta yang lembut, di antara pengalaman-pengalaman keras yang berawal dari kejadian gaib—orang mati yang bangkit dari kubur—menuju penyelamatan perbukitan gamping di selatan Jawa. Di antara semua peristiwa itulah, Bilangan Fu sayup-sayup menyingkapkan diri.

Ayu Utami menamai nafas novel barunya sebagai “spiritualisme kritis”. Yaitu, yang mengangkat wacana spiritual—keagamaan, kebatinan, maupun mistik—ke dalam kerangka yang menghormatinya sekaligus bersikap kritis kepadanya; yang mengangkat wacana keberimanan, tanpa terjebak dalam dakwah hitam dan putih. Bilangan Fu ini adalah manifesto Ayu Utami tentang sebuah sikap yang dianggap perlu diutamakan di zaman ini: sikap religius ataupun spiritual, yang kritis.